Saba': Kisah Negeri Makmur yang Luluh Lantak Akibat Lupa Bersyukur
Kisah Dari Al-Quran 4 min read

Saba': Kisah Negeri Makmur yang Luluh Lantak Akibat Lupa Bersyukur

Pernah dengar kisah suatu kaum yang hidupnya serba ada, tanahnya subur, airnya melimpah ruah, pokoknya semua beres? Nah, kisah ini bukan dongeng belaka, tapi nyata adanya dan diceritakan dalam Al-Qur'an. Yuk, kita kenalan dengan Kaum Saba'!

Negeri Impian yang Diselimuti Berkah

Dulu sekali, di daerah yang sekarang kita kenal sebagai Yaman, hiduplah sebuah peradaban yang makmur luar biasa: Negeri Saba'. Bayangkan saja, mereka dianugerahi tanah yang begitu subur, sampai-sampai pepohonan berbuah lebat tanpa perlu usaha keras. Udara sejuk, air bersih melimpah, dan yang paling keren, mereka punya sebuah mahakarya arsitektur yang bikin iri: Bendungan Ma'rib.

Bendungan raksasa ini bukan cuma sekadar penampung air biasa. Ia adalah urat nadi kehidupan bagi Kaum Saba', mengairi kebun-kebun mereka yang luas dan memastikan pasokan air tidak pernah terhenti. Berkat bendungan ini, pertanian mereka maju pesat, ekonomi berputar kencang, dan kehidupan Kaum Saba' dipenuhi kemudahan. Mereka punya dua kebun besar, di kanan dan di kiri, yang saking suburnya sampai-sampai bisa dibilang 'dari kebun ini ke kebun itu tidak ada jarak yang jauh', saking berdekatan dan teraturnya.

Allah SWT memang Maha Baik. Ia memberikan semua kenikmatan itu kepada Kaum Saba' sebagai ujian, dan sekaligus sebagai tanda kebesaran-Nya. Dengan segala kelimpahan ini, seharusnya hati mereka dipenuhi rasa syukur, lisan mereka tak henti memuji Sang Pemberi Rezeki.

Ketika Kelimpahan Membuat Lupa

Namun, seperti halnya manusia, tak jarang kita terlena dengan kenikmatan. Kaum Saba' perlahan mulai berubah. Kemakmuran yang dulu membuat mereka bersyukur, kini justru menumbuhkan kesombongan di hati. Mereka mulai merasa bahwa semua keberhasilan ini adalah murni karena usaha dan kecerdasan mereka semata. Sedikit demi sedikit, rasa syukur itu memudar, digantikan oleh rasa bangga yang berlebihan dan penolakan terhadap ajaran para nabi yang diutus kepada mereka.

Mereka mulai lupa bahwa segala yang mereka miliki adalah titipan dari Allah SWT. Mereka mendustakan nikmat Allah SWT, berpaling dari jalan kebenaran, dan tenggelam dalam kesenangan duniawi yang fana. Peringatan-peringatan dari para utusan Allah SWT pun hanya dianggap angin lalu. Mereka menganggap remeh ajaran untuk selalu bersyukur dan beribadah kepada Sang Pencipta.

Sebuah Musibah yang Mengguncang

Tentu saja, janji Allah SWT itu pasti. Ketika suatu kaum sudah terlalu jauh berpaling dan melupakan nikmat-Nya, maka azab pun datang sebagai peringatan. Dan untuk Kaum Saba', peringatan itu datang dalam bentuk yang sangat dahsyat: banjir bandang yang menghancurkan!

Allah SWT mengirimkan sailul 'arim, yaitu banjir besar yang datang dengan kekuatan luar biasa. Banjir ini tidak hanya menggenangi, tetapi juga merobohkan dan memporak-porandakan. Bendungan Ma'rib yang kokoh, yang tadinya menjadi lambang kemakmuran mereka, tak mampu menahan derasnya air bah. Dinding-dindingnya jebol, hancur berkeping-keping, dan air bah meluap tak terkendali.

Apa yang terjadi selanjutnya? Kebun-kebun yang tadinya subur menghijau, dipenuhi buah-buahan manis dan pohon-pohon rindang, kini berubah drastis. Setelah banjir surut, yang tersisa hanyalah puing-puing dan tanah tandus. Pepohonan yang dulu berbuah lebat kini digantikan oleh "dua kebun yang ditumbuhi pepohonan yang pahit buahnya, pohon athel (sejenis pohon tamariska yang buahnya tidak enak), dan sedikit dari pohon bidara." (QS. Saba': 16). Kebun-kebun indah itu musnah, digantikan oleh tanaman-tanaman yang tak lagi mendatangkan manfaat atau kenikmatan.

Kemakmuran Kaum Saba' lenyap dalam sekejap mata. Mereka tercerai-berai, kehilangan tempat tinggal, dan akhirnya berpencar ke berbagai penjuru negeri, menjadi pelajaran bagi mereka yang mau merenung.

Pelajaran dari Negeri Saba'

Kisah Kaum Saba' ini, yang tercatat dalam Surah Saba' ayat 15-17, bukan sekadar cerita masa lalu. Ini adalah peringatan keras bagi kita semua, umat manusia di zaman modern ini.

Kisah ini mengajarkan kita beberapa hal penting:

  • Pentingnya Bersyukur: Segala nikmat, sekecil apapun, datangnya dari Allah SWT. Mensyukuri nikmat adalah kunci untuk mempertahankannya, bahkan menambahkannya. Jangan sampai kita terlena dan merasa semua keberhasilan adalah hasil kerja keras kita semata, lalu melupakan Sang Pemberi Rezeki.
  • Bahaya Kufur Nikmat: Mendustakan nikmat Allah SWT, atau tidak mensyukuri nikmat dari-Nya, bisa berakibat fatal. Kemakmuran bisa lenyap dalam sekejap jika kita tidak menjaganya dengan syukur dan ketaatan kepada-Nya.
  • Konsekuensi Kesombongan: Kesombongan di tengah kelimpahan adalah racun. Ia membuat kita lupa diri, lupa asal-usul, dan lupa bahwa segala sesuatu bisa diambil kembali kapan saja oleh Sang Pemilik.
  • Jadi, mari kita jadikan kisah Kaum Saba' ini sebagai cermin. Di tengah hiruk pikuk kehidupan dan berbagai kemudahan yang kita nikmati saat ini, sudahkah kita bersyukur? Atau, jangan-jangan kita mulai tergelincir, seperti Kaum Saba', yang lupa pada nikmat dan mendustakan Pemberi Nikmat? Semoga kita termasuk golongan orang-orang yang selalu mengingat Allah SWT dan senantiasa bersyukur atas segala karunia-Nya.

    Bagikan:

    Artikel Terkait

    Temukan artikel menarik lainnya yang mungkin Anda sukai berdasarkan topik dan kategori yang serupa.