Bagaimana Nabi Muhammad Menjaga Kebersihan? Sunnah yang Menyehatkan
Kisah Keseharian Nabi

Bagaimana Nabi Muhammad Menjaga Kebersihan? Sunnah yang Menyehatkan

Bayangkan padang pasir yang panas membara, di tengah terik mentari Jazirah Arab abad ke-7. Angin gurun membawa debu halus yang menempel di kulit dan menyesakkan hidung. Di tengah lingkungan seperti itulah, muncul seorang lelaki yang justru memelopori gaya hidup bersih dan sehat jauh sebelum dunia mengenal antiseptik, sabun antibakteri, atau dental floss. Lelaki itu adalah Muhammad bin Abdullah—Rasulullah SAW—seorang nabi, pemimpin, sekaligus teladan kebersihan sejati.

Dan yang mengejutkan? Apa yang beliau lakukan lebih dari 1400 tahun lalu, kini diakui sebagai praktik hidup sehat oleh ilmu kedokteran modern.

1. Wudhu: Ritual Spiritual Sekaligus Kebiasaan Higienis

Wudhu bukan hanya persiapan shalat. Ia adalah revolusi kebersihan harian. Lima kali sehari, Nabi Muhammad menyapu air ke wajahnya, membasuh tangan, menyeka kepala, dan mencuci kaki. Coba pikirkan: dalam sehari, wajah dan anggota tubuh terpapar debu, kuman, dan keringat dibersihkan secara rutin oleh para Muslim hanya karena satu instruksi agama.

Dan ini bukan sembarangan basuhan. Dalam riwayat disebutkan bahwa Rasulullah SAW sangat memperhatikan kesempurnaan wudhunya. Suatu ketika beliau melihat seorang sahabat yang tidak membasuh tumitnya dengan sempurna, maka beliau bersabda dengan tegas:

“Celakalah tumit-tumit dari api neraka karena tidak terkena air wudhu.” (HR. Bukhari & Muslim)

Tegas, ya? Tapi itu menunjukkan betapa seriusnya beliau soal kebersihan.

2. Siwak: Kayu Kecil, Manfaat Besar

Sebelum pasta gigi menguasai pasar, Nabi Muhammad sudah mengenalkan siwak—potongan kecil dari pohon Salvadora persica. Rasulullah SAW bersabda:

“Seandainya tidak memberatkan umatku, sungguh aku akan perintahkan mereka bersiwak setiap kali wudhu.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam riwayat lain, dikisahkan bahwa beliau bersiwak hampir setiap waktu: sebelum shalat, saat bangun tidur, bahkan sebelum masuk rumah. Ini bukan obsesif. Ini adalah standar tinggi beliau terhadap kebersihan mulut.

Ilmuwan modern kemudian meneliti siwak dan menemukan bahwa batangnya mengandung antibakteri alami, bisa mencegah karies, dan membersihkan mulut secara efektif. Ajaib? Tidak juga. Itu hanya bukti bahwa ajaran Rasul sangat visioner.

3. Kuku, Rambut, dan Ketiak: Detail yang Tidak Terlewat

Nabi Muhammad tidak hanya menyuruh kita menjaga kebersihan secara umum. Beliau masuk ke ranah yang sangat personal. Dalam hadits shahih disebutkan bahwa beliau menganjurkan memotong kuku, mencukur bulu kemaluan, dan mencabut bulu ketiak minimal setiap 40 hari.

Ini bukan sekadar soal estetika. Kuku yang panjang bisa menjadi sarang kotoran. Bulu ketiak yang lebat dapat memicu bau badan dan infeksi. Dan Nabi mengajarkan umatnya untuk mencegah hal itu—sebelum ada laboratorium yang mengkonfirmasi.

4. Pakaian, Bau, dan Penampilan

Jangan bayangkan Nabi sebagai orang bersorban compang-camping yang tak peduli penampilan. Justru sebaliknya. Dalam hadits disebutkan bahwa beliau menyukai pakaian putih yang bersih. Beliau juga menyisir rambut, memakai minyak wangi, dan menyuruh umatnya untuk tampil rapi.

“Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan.” (HR. Muslim)

Mitos pun berkembang di seputar ketampanan dan wangi tubuh Nabi. Ada yang mengatakan tubuh beliau selalu harum bahkan tanpa parfum. Ada pula riwayat yang menyebut, keringat Nabi beraroma lebih wangi dari kesturi.

Tentu ini mitos. Tapi mitos yang lahir dari kesaksian orang-orang yang begitu mencintai beliau, yang menyaksikan sendiri betapa bersih, wangi, dan terawatnya sang Rasul.

5. Toilet dan Etika Buang Hajat

Dalam budaya Arab waktu itu, buang hajat bisa dilakukan sembarangan. Tapi Rasulullah mengajarkan adab yang sangat rinci: beristinja (bersuci), menutup aurat, tidak menghadap kiblat, bahkan berdoa sebelum masuk dan sesudah keluar dari toilet.

Beliau mengajarkan menggunakan air (istinja) dan batu (istijmar) untuk bersuci, dan melarang umatnya menyentuh makanan atau beribadah dalam keadaan najis. Hal yang baru dianggap penting di dunia medis modern sebagai upaya mencegah penyebaran penyakit.

Warisan Kebersihan dari Padang Pasir

Apa yang kita pelajari dari kebiasaan Nabi Muhammad SAW soal kebersihan bukan sekadar ritual agama. Itu adalah warisan peradaban. Di tengah masyarakat yang belum mengenal sabun atau teori kuman, Nabi sudah menanamkan prinsip-prinsip dasar kebersihan yang masuk akal, aplikatif, dan terbukti menyehatkan.

Beliau bukan ilmuwan. Tapi ajarannya melampaui zaman.

Jadi, saat kamu mengambil air wudhu, menyikat gigi, atau memakai pakaian bersih hari ini—ingatlah bahwa kamu sedang mengikuti jejak seorang manusia agung yang 14 abad lalu sudah memulai revolusi kebersihan di tengah padang pasir.