Mengapa Kisah Qarun Masih Relevan di Jaman Sekarang?
Kisah Dari Al-Quran

Mengapa Kisah Qarun Masih Relevan di Jaman Sekarang?

Di tengah gemerlap lifestyle influencer yang pamer jet pribadi atau tas bermerek senilai rumah, kisah Qarun terasa seperti tamparan. Bukan sekadar dongeng masa lalu, ia adalah cermin bagi kita yang hidup di era kapitalisme ekstrem. Allah menggambarkan Qarun dalam Al-Qur’an sebagai simbol manusia yang tenggelam dalam ilusi kekayaan, hingga lupa bahwa harta adalah ujian, bukan tujuan akhir. Di zaman yang mengukur kesuksesan dari jumlah followers dan angka di rekening bank, kisah ini adalah pengingat: kecintaan berlebihan pada dunia bisa menghancurkan jiwa.

Qarun dan Kehancuran yang Ditelan Bumi

Allah menggambarkan Qarun dalam Al-Qur’an sebagai sosok yang diberi “perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat” (QS. Al-Qasas: 76). Bayangkan: kunci gudang hartanya harus diangkut oleh puluhan pria perkasa! Kata “perbendaharaan” (خزائن) dalam ayat ini bukan sekadar emas atau perak, melainkan segala jenis kekayaan: properti megah, pakaian bersulam emas, bahkan teknologi masa itu yang membuatnya dielu-elukan.

Qarun bukan hanya kaya—ia adalah “influencer” zamannya. Setiap kali keluar rumah, ia menggelar pameran kekayaan: kereta kuda berlapis emas, pengawal berjumlah ratusan, dan harta yang sengaja diarak agar orang-orang terpana. Al-Qur’an menceritakan:

“Maka keluarlah dia (Qarun) kepada kaumnya dalam kemegahannya.” (QS. Al-Qasas: 79).

Bahkan udara sekitar pun berubah: wangian misk menyengat, sorak-sorai pengikutnya menggelegar, dan gemerlap harta yang memantulkan cahaya matahari hingga menyilaukan.

Arogansi yang Menantang Langit

Kaumnya yang beriman berusaha menasihati:

“Janganlah engkau terlalu bangga. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang terlalu membanggakan diri.” (QS. Al-Qasas: 76).

Tapi Qarun menertawakan mereka. Dengan congkak, ia membalas:

“Aku diberi (harta) ini semata-mata karena ilmu yang ada padaku.” (QS. Al-Qasas: 78).

Ia yakin kekayaannya adalah hasil kecerdasan bisnisnya, bukan karunia Allah. Bahkan, ia merendahkan Nabi Musa yang mengajaknya bersyukur: “Apa hakmu mengatur aku? Bukankah aku juga keturunan Ya’qub seperti dirimu?” (Tafsir Ibn Katsir).

Di puncak kesombongannya, Qarun mengira dirinya “self-made man”—manusia yang sukses tanpa campur tangan Tuhan. Ia lupa, sebanyak apa pun harta yang dikumpulkan, semuanya bisa lenyap dalam sekejap.

Detik-Detik Kehancuran: Bumi yang Membelah Diri

Allah tidak langsung menghukumnya. Qarun diberi waktu bertobat. Tapi ia malah semakin pongah. Suatu hari, saat ia kembali memamerkan kekayaannya, Allah mengirim peringatan terakhir: gempa kecil menggoyang tanah. Orang-orang beriman segera bersujud, sementara Qarun dan pengikutnya tertawa: “Ini hanya kebetulan!”

Tiba-tiba—BUMI BERGETAR LEBIH DAHSYAT. Dari dalam tanah, suara gemuruh mengaum seperti raksasa yang terbangun. Lantai tempat Qarun berdiri retak, mengeluarkan asap belerang. Pengawalnya berlarian panik, tapi Qarun masih berteriak: “Selamatkan hartaku! Kereta emasku!”

Allah berfirman:

“Maka Kami benamkan dia (Qarun) bersama rumahnya ke dalam bumi.” (QS. Al-Qasas: 81).

Tanah terbuka seperti mulut raksasa, menelan Qarun, istana, kereta emas, dan semua pengikutnya yang sombong. Dalam sekejap, pameran kekayaan itu berubah menjadi kuburan masal. Orang-orang yang sebelumnya iri kini gemetar: “Inikah akhir dari orang yang mengaku ‘pemilik dunia’?”

Pasca-Tragedi: Pelajaran yang Tercecer

Esok harinya, kaum Musa berdatangan ke lokasi bencana. Mereka menyaksikan lubang menganga seluas bukit—bekas istana Qarun yang hilang tanpa sisa. Yang tersisa hanyalah bau busuk dan debu. Orang-orang yang kemarin ingin menjadi seperti Qarun kini menangis:

“Aduhai, benarlah Allah melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dan membatasinya. Sekiranya Allah tidak melimpahkan karunia-Nya kepada kita, niscaya kita pun ditenggelamkan-Nya.” (QS. Al-Qasas: 82).

Detail yang Membuat Kisah Ini “Hidup”

  • Kunci Harta Qarun yang Super Berat
  • Istana Qarun: Arsitektur yang Menantang Langit
  • Kematian yang Mengiris Hati
  • Mengapa Detail Ini Penting?

    Kisah Qarun bukan dongeng penghantar tidur. Ia adalah simulasi nyata tentang bahaya keserakahan. Dengan menggambarkan detil sensorial (bau belerang, gemuruh bumi, kereta emas), pembaca diajak merasakan langsung bagaimana arogansi materialistik berakhir tragis. Di era yang memuja Elon Musk dan Jeff Bezos, Qarun adalah alarm pengingat: Kekayaan tanpa syukur = bom waktu.

    Referensi Sahih

  • QS. Al-Qasas: 76-82 (Narasi utama kisah Qarun).
  • Tafsir Ibn Katsir (Penjelasan konteks sejarah dan sikap Qarun terhadap Musa).
  • Tafsir Ath-Thabari (Detail istana dan harta Qarun).