Membangun Keluarga Sakinah Mawaddah Warahmah: Kisah yang Menggetarkan Hati
Keluarga

Membangun Keluarga Sakinah Mawaddah Warahmah: Kisah yang Menggetarkan Hati

Table of Contents

    Suasana yang Menggugah Hati Malam itu sunyi. Angin berembus pelan, menyelinap di antara jendela kayu sebuah rumah sederhana. Seorang wanita duduk di sudut ruangan, menatap kosong ke cangkir teh yang mulai dingin di tangannya. Hatinya gelisah. Sudah berbulan-bulan ia merasa suaminya berubah—tidak lagi sehangat dulu, tidak lagi berbicara dengan lembut seperti saat awal pernikahan. Kesibukan kerja dan tekanan ekonomi membuat hubungan mereka merenggang.

    Sementara di kamar lain, suaminya sendiri termenung. Dalam diam, ia merasa lelah. Bukan karena istrinya, tetapi karena hidup yang terasa semakin berat. Ia ingin mencintai seperti dulu, tetapi lelah duniawi mengikis kelembutannya.

    Pondasi Keluarga Sakinah Mawaddah Warahmah Allah SWT berfirman:

    "Dan di antara tanda-tanda (kebesaran)-Nya ialah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia menjadikan di antaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang berpikir." (QS. Ar-Rum: 21)

    Ayat ini menggambarkan bagaimana sebuah keluarga seharusnya menjadi tempat pulang, tempat berteduh dari badai kehidupan, bukan justru menjadi sumber kegelisahan. Namun, membangun rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah bukanlah hal yang terjadi begitu saja. Ia perlu diperjuangkan.

    Konflik dalam Rumah Tangga: Cobaan atau Ujian? Hari berganti, dan ketegangan di rumah kecil itu semakin terasa. Kesalahpahaman kecil berubah menjadi pertengkaran. Kata-kata yang seharusnya menjadi penyejuk malah menjadi pisau yang melukai hati masing-masing. Mereka berdua lelah. Istri merasa tidak dihargai, suami merasa tidak dipahami. Pernikahan yang dulu penuh tawa kini diwarnai keheningan yang menyakitkan.

    Namun, di suatu malam yang hening, istri itu teringat pada hadis Rasulullah SAW:

    "Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya. Dan aku adalah yang paling baik terhadap keluargaku." (HR. Tirmidzi)

    Ia merenung. Apakah ia sudah menjadi istri yang baik? Apakah ia sudah berusaha memahami suaminya? Dan di saat yang sama, sang suami pun termenung di atas sajadahnya. Ia teringat Rasulullah SAW yang selalu memperlakukan istri-istrinya dengan penuh kasih, bahkan di saat-saat tersulit.

    Membangun Kembali Cinta yang Hampir Pudar Esok paginya, mereka berdua duduk bersama. Tanpa emosi, tanpa amarah. Hanya dua hati yang ingin memahami kembali. Sang istri mulai berbicara dengan lembut, dan sang suami pun mendengarkan dengan penuh perhatian. Mereka sadar bahwa masalah mereka bukan karena kurangnya cinta, tetapi kurangnya komunikasi dan keikhlasan untuk memahami satu sama lain.

    Mereka mulai kembali menghidupkan sunnah dalam rumah tangga:

  • Membangun komunikasi yang lembut – Rasulullah SAW selalu berbicara dengan istrinya dengan kata-kata penuh kelembutan.
  • Menunjukkan kasih sayang dalam tindakan kecil – Membantu satu sama lain, sekadar menyentuh tangan pasangan, atau tersenyum bisa membangun kembali mawaddah (cinta) dalam pernikahan.
  • Memaafkan dengan lapang dada – Rasulullah SAW tidak pernah menyimpan amarah terhadap istri-istrinya. Rumah tangga yang sakinah tidak berarti tanpa konflik, tetapi bagaimana pasangan bisa menyelesaikan konflik dengan hati yang lapang.
  • Refleksi untuk Kehidupan Modern Di zaman yang serba sibuk ini, banyak pasangan yang kehilangan kelembutan dalam rumah tangga. Banyak yang menganggap bahwa menikah adalah tentang berbagi tugas, bukan berbagi hati. Namun, Islam mengajarkan bahwa rumah tangga adalah ladang ibadah. Setiap pelukan, setiap senyuman, setiap kesabaran terhadap pasangan adalah pahala yang tak terhitung.

    Jangan biarkan kesibukan duniawi merenggut ketenangan rumah tangga kita. Jika Rasulullah SAW, dengan segala tugasnya sebagai pemimpin umat, masih bisa memperlakukan istrinya dengan penuh cinta, bukankah kita juga bisa berusaha lebih baik?

    Semoga Allah SWT selalu memberikan kita keluarga yang sakinah, mawaddah, wa rahmah. Aamiin.