Ketika Sepatu Tua Mengantarkan Seseorang ke Surga
Kisah dari Hadist

Ketika Sepatu Tua Mengantarkan Seseorang ke Surga

Di antara lembaran sejarah manusia, ada kisah-kisah kecil yang tak tercetak tebal—hanya sebaris kalimat dalam kitab hadis, tapi menyimpan makna yang lebih dalam dari tumpukan kitab filsafat.

Salah satunya, tentang seorang pria biasa. Kita tidak tahu namanya. Tidak disebut apakah ia ulama, bangsawan, atau tokoh masyarakat. Yang kita tahu hanyalah satu hal: ia seorang pendosa.

Dan yang menyelamatkannya… bukan ibadah besar. Bukan perjuangan di medan perang. Bukan pula amal jariyah.

Tapi sepasang sepatu.

Dan seekor anjing.

Isyarat di Padang Gersang

Di sebuah jalan yang sunyi, di tengah panas yang membakar, pria itu berjalan dalam kehausan. Ia menemukan sumur, lalu turun ke dalamnya dan meminum air untuk dirinya sendiri. Tapi ketika ia naik kembali, matanya tertumbuk pada makhluk kecil yang tengah tersiksa oleh dahaga yang sama: seekor anjing yang menjulurkan lidah, menjilat-jilat tanah kering berharap ada setetes sisa kehidupan.

Pria itu berhenti.

Ia melihat anjing itu.

Dan ia merasa… iba.

Tanpa banyak pikir, ia kembali turun. Kali ini bukan untuk dirinya. Tapi untuk anjing itu. Ia memenuhi sepatunya dengan air, menggigit bagian atas sepatu itu dengan mulutnya—karena kedua tangannya sibuk memanjat—dan ia naik. Lalu ia beri minum anjing itu.

Sederhana.

Sunyi.

Tanpa sorak. Tanpa kamera.

Tapi di langit, sesuatu besar sedang terjadi.

“Maka Allah berterima kasih kepadanya… dan mengampuni dosanya.”

Tentang Dosa, Rahmat, dan Kasih Sayang

Kisah ini ganjil, bagi sebagian orang.

Bagaimana bisa surga diberikan karena memberi minum seekor anjing? Bagaimana bisa seseorang yang penuh dosa justru diangkat begitu tinggi karena satu tindakan kecil?

Tapi mungkin di situlah letak rahmat Tuhan. Ia tidak mengukur seperti manusia mengukur. Ia melihat hati—dan ketika hati itu hidup, bahkan hanya sebentar, ia cukup kuat untuk membakar timbunan dosa.

Kita dan Kebaikan Kecil yang Terlupa

Rasulullah ﷺ bersabda:

“Pada setiap yang bernyawa, ada pahala.”

Maka siapa pun bisa dekat dengan Tuhan—bukan hanya lewat ibadah formal, tapi lewat empati yang tulus, terhadap siapa pun dan apa pun.

Kebaikan kecil, yang mungkin tak dianggap orang, bisa jadi jembatan menuju pengampunan yang luas. Bukan soal besar atau kecilnya amal, tapi soal hidup atau matinya hati ketika amal itu dilakukan.

Sepatu yang Menyimpan Surga

Kisah ini menyentuh karena ia sederhana dan nyata. Tidak butuh panggung besar. Tidak butuh gelar. Hanya butuh satu detik keheningan, di mana hati menoleh pada makhluk lemah, dan memilih untuk peduli.

Siapa tahu, di antara banyak hal yang kita lakukan, justru satu tindakan yang tampak “remeh” di mata dunia—seperti memberi makan kucing liar, menyisakan air untuk burung yang lewat, atau menyingkirkan duri dari jalan—itulah yang menjadi alasan Tuhan berkata:

"Aku terima. Aku ampuni. Aku ridha."

Referensi Hadis

Hadis ini diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dalam Shahih Bukhari, Kitab Al-Masâqât, Bab Fadhlu Saqyi al-Mā’. Nomor hadis: 2363.