Ketika Kurma dan Kedermawanan Menyelamatkan: Kisah Nyata Jabir ibn Abdullah dan Hutang Ayahnya
Kisah dari Hadist

Ketika Kurma dan Kedermawanan Menyelamatkan: Kisah Nyata Jabir ibn Abdullah dan Hutang Ayahnya

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ، وَقَهْرِ الرِّجَالِ

Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari rasa bingung dan sedih. Aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan dan kemalasan. Aku berlindung kepada-Mu dari sifat pengecut dan kikir. Dan aku berlindung kepada-Mu dari lilitan utang dan tekanan manusia.

Duka di Balik Kematian Sang Ayah

Panas terik Madinah seakan menusuk tulang. Jabir ibn Abdullah duduk di samping kuburan ayahnya, Abdullah ibn Amr, yang baru saja gugur di Perang Uhud. Namun, duka kehilangan bukan satu-satunya beban. Ayahnya meninggalkan hutang yang belum lunas. Setiap malam, Jabir terbangun oleh bisikan kegelisahan: "Bagaimana aku bisa melunasi semua ini?" Hasil panen kurmanya tak seberapa, sementara para penagih mulai tak sabar. Di tengah kegalauan, ia teringat sabda Nabi ﷺ:

“Jiwa seorang mukmin tergadaikan oleh hutangnya hingga dilunasi.” (HR. Tirmidzi No. 1078).

Air matanya jatuh. "Ayah, apakah aku akan mengecewakan amanahmu?"

Keputusasaan di Bawah Tumpukan Utang

Suatu pagi, seorang penagih datang dengan wajah masam. “Jika hutang ini tak kau bayar, kami akan menyita kebun kurmamu!” ancamnya. Jabir menggigit bibir. Kebun kurma itu adalah satu-satunya sumber nafkah untuk istri dan tujuh saudara perempuannya. Ia berlari ke Masjid Nabawi, menghadap Rasulullah ﷺ dengan napas tersengal. “Wahai Rasulullah, ayahku meninggalkan hutang. Aku takut hasil panenku tak cukup...”

Rasulullah ﷺ memandangnya dengan lembut, lalu bertanya: “Apakah kurmamu sudah matang, Jabir?”

“Sudah, ya Rasulullah,” jawabnya.

“Pergilah panen, dan berikan hasilnya kepada para pengutang.”

Jabir mengangguk, tapi hatinya masih ragu. Bagaimana mungkin kurma yang sedikit itu bisa melunasi hutang yang begitu besar?

Penyelesaian: Mukjizat di Balik Ketaatan

Dengan tawakal, Jabir memanen kurma dan membagikannya sesuai petunjuk Nabi ﷺ. Ajaibnya, para penagih rela menerima kurma itu sebagai pelunasan penuh. Sebagian bahkan berkata: “Kami menghalalkan sisa hutangnya, karena kami menghormati Rasulullah ﷺ.”). Jabir menangis haru. Hutang ayahnya lunas, dan kebun kurmanya tetap utuh! Ia bersujud syukur, menyadari bahwa ketaatan pada Nabi ﷺ dan kedermawanan para saudaranya adalah kunci keajaiban ini.

Allah berfirman:

“Dan jika (orang berhutang) dalam kesulitan, maka berilah tenggang waktu sampai dia memperoleh kelapangan.” (QS. Al-Baqarah: 280).

Ayat ini hidup dalam tindakan para penagih yang memilih memaafkan daripada menindas.

Hikmah untuk Zaman Now

  • Hutang = Amanah, Bukan Aib
  • Solidaritas: Kunci Mengurai Masalah Sosial
  • Tawakal Bukan Pasrah, Tapi Ikhtiar Plus Doa
  • Refleksi: Apa yang Bisa Kita Lakukan?

  • Jika Anda Berhutang:
  • Jika Anda Dihutangi:
  • Referensi Sahih

  • Kisah Jabir ibn Abdullah dan Hutang Ayahnya
  • Ayat Al-Qur’an
  • Hadis Pendukung
  • Penutup:

    Kisah Jabir adalah bukti: hutang bukan akhir segalanya. Dengan ikhtiar, tawakal, dan solidaritas, Allah akan membuka jalan. “Dan barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya.” (QS. Ath-Thalaq: 2).