Keteguhan Hati Maryam Saat Menghadapi Fitnah: Sunyi, Suci, dan Tak Tergoyahkan
Cobaan Hidup

Keteguhan Hati Maryam Saat Menghadapi Fitnah: Sunyi, Suci, dan Tak Tergoyahkan

Di dunia yang tak ramah pada perempuan suci, Maryam binti ‘Imran berdiri sebagai simbol kesucian yang dilukai, dan iman yang tak terguncang meski langit runtuh.

Ia bukan nabi. Tapi kisahnya disandingkan dengan para nabi. Namanya disebut 24 kali dalam Al-Qur’an. Bahkan satu surah penuh diberi namanya—Maryam. Tak ada wanita lain yang mendapat kehormatan ini.

Tapi juga, tak ada wanita lain yang diuji seperti Maryam.

Maryam binti Imran
Maryam binti Imran

Gadis Bening di Tengah Badai Zaman

Maryam lahir dari keluarga suci. Ayahnya, ‘Imran, adalah tokoh yang saleh, dan ibunya adalah perempuan yang berdoa sungguh-sungguh agar anak dalam kandungannya didedikasikan sepenuhnya kepada Allah.

“Sesungguhnya aku menazarkan anak yang dalam kandunganku menjadi hamba yang berkhidmat kepada-Mu...”

Maryam pun tumbuh dalam pengawasan Zakariya ‘alaihissalam. Ia menghabiskan masa mudanya di mihrab—ruang ibadah yang sunyi, jauh dari hiruk pikuk dunia. Tapi dari dalam sunyi itulah, badai besar datang.

Kabar dari Malaikat: “Engkau Akan Punya Anak”

Bayangkan. Seorang gadis suci, belum menikah, belum disentuh pria mana pun, hidupnya hanya berisi ibadah... lalu tiba-tiba malaikat datang:

“Hai Maryam, sesungguhnya Allah memberi kabar gembira kepadamu dengan kelahiran seorang anak laki-laki yang suci: Isa.”

Maryam gemetar. Ia menjawab:

“Bagaimana aku bisa punya anak, padahal aku belum pernah disentuh oleh seorang lelaki pun?”

Malaikat hanya berkata:

“Kun fayakun.” Jadilah, maka jadilah.

Dan saat itu, rahimnya mengandung.

Fitnah yang Mengguncang Langit

Bayangkan langkah Maryam ketika perutnya mulai membesar. Di kampung kecil, wanita saleh tiba-tiba hamil tanpa suami. Orang-orang mencibir. Menuduh. Memfitnah.

Keteguhan Hati Menghadapi Cobaan
Keteguhan Hati Menghadapi Cobaan
“Hai Maryam, sungguh engkau telah melakukan sesuatu yang sangat mungkar!”

Mereka tidak menunggu penjelasan. Tidak memberi ruang untuk pembelaan. Dunia menghakimi Maryam dengan kejam—dan ia tidak berkata apa-apa.

Mengapa? Karena Allah memerintahkannya diam:

“Jika kamu melihat seseorang, katakanlah: Aku telah bernazar berpuasa (tidak bicara) kepada Allah...”

Tangisan di Bawah Pohon Kurma

Sebelum Isa lahir, Maryam menyendiri ke sebuah tempat terpencil. Ia merasa asing. Sendiri. Ditinggalkan oleh seluruh dunia.

Ia bersandar ke sebatang pohon kurma, kesakitan, dan berkata:

“Aduhai, alangkah baiknya aku mati sebelum ini, dan aku menjadi sesuatu yang tak berarti!”

Tangisan ini bukan putus asa, tapi ungkapan betapa berat ujian itu. Ia ingin lepas dari fitnah. Dari tuduhan. Dari luka. Tapi Allah langsung menyapanya, menghiburnya dengan air dan buah kurma, dan berkata:

“Jangan bersedih...”

Bayi yang Bicara dan Membalikkan Dunia

Lalu lahirlah Isa. Maryam membawanya pulang. Kaumnya menyerbu dengan fitnah yang sama.

Dan saat itulah, Allah menunjukkan mukjizat terbesar:

“Maka Isa berkata, saat masih dalam buaian: Sesungguhnya aku adalah hamba Allah. Dia memberiku kitab, dan menjadikanku seorang nabi...”

Dunia terdiam. Bayi itu berbicara. Allah membela kehormatan ibunya tanpa ia perlu mengucap sepatah kata pun. Dan Maryam? Ia hanya menangis—bukan karena takut, tapi karena cinta Allah yang begitu halus.

Antara Fakta dan Mitos

Banyak mitos berkembang seputar Maryam. Di antaranya:

  • Konon, Maryam tidak pernah menginjakkan kaki ke tanah selama mengandung Isa, karena dijunjung oleh malaikat.
  • Sebagian sufi menyebut Maryam mendengar suara dari dalam rahimnya saat Isa menghiburnya.
  • Yang pasti: Maryam adalah satu-satunya wanita yang dipuji Al-Qur’an dengan gelar “ash-shiddiqah” (yang sangat jujur dan benar) dan disebut sebagai “wanita terbaik di dunia dan akhirat” oleh Nabi ﷺ.