Pada tahun 630 M, tepatnya pada tanggal 10 Ramadan, peristiwa besar dalam sejarah Islam terjadi: Fathu Makkah atau Pembebasan Makkah. Ini bukan sekadar kemenangan militer, tetapi juga puncak kebijaksanaan, kesabaran, dan strategi luar biasa Nabi Muhammad ﷺ. Dalam sebuah ekspedisi yang nyaris tanpa pertumpahan darah, beliau dan pasukannya berhasil merebut kembali kota yang telah lama menjadi pusat permusuhan terhadap Islam. Bagaimana itu bisa terjadi? Mari kita menyelami kisah epik ini.

Latar Belakang: Perjanjian yang Dilanggar
Semuanya bermula dari Perjanjian Hudaibiyah yang ditandatangani pada tahun 628 M antara kaum Muslimin dan Quraisy. Perjanjian ini seharusnya menjamin perdamaian selama 10 tahun, tetapi hanya bertahan kurang dari dua tahun. Suku sekutu Quraisy, Bani Bakr, menyerang suku Khuza’ah, yang merupakan sekutu Muslim. Dalam serangan ini, Quraisy membantu Bani Bakr dengan senjata dan bahkan ikut bertempur di bawah bayang-bayang malam.
Ketika kabar ini sampai ke Madinah, Nabi Muhammad ﷺ langsung bertindak. Tidak ada negosiasi panjang, tidak ada kompromi. Quraisy telah melanggar perjanjian, dan Makkah harus dibebaskan.
Rahasia Terbesar: Strategi yang Mengguncang Makkah
Sebagai seorang pemimpin yang brilian, Nabi Muhammad ﷺ tahu bahwa kejutan adalah kunci kemenangan. Beliau menyusun pasukan besar yang terdiri dari 10.000 orang, jumlah yang sangat besar untuk ukuran jazirah Arab kala itu. Tapi yang lebih menarik bukanlah jumlahnya, melainkan cara beliau menggunakannya.
Ketika pasukan Muslim bergerak menuju Makkah, semua rute dijaga ketat agar tidak ada satu pun informan Quraisy yang bisa menyebarkan berita. Bahkan, salah satu sahabat Nabi, Hatib bin Abi Balta’ah, yang sempat mengirim surat ke Quraisy tentang pergerakan pasukan, tertangkap, dan suratnya dicegat oleh Ali bin Abi Thalib.

Di malam terakhir sebelum memasuki Makkah, Nabi Muhammad ﷺ memerintahkan para sahabat untuk menyalakan ribuan api unggun di sekitar kota. Bayangkan dampaknya: dari dalam Makkah, penduduk Quraisy melihat ribuan titik cahaya menyala seperti bintang-bintang yang turun ke bumi. Mitos yang beredar di kalangan Quraisy saat itu menyebutkan bahwa "pasukan malaikat telah datang untuk membinasakan mereka." Ketakutan merayapi penduduk Makkah sebelum pedang Muslim bahkan diangkat.
Masuknya Pasukan Muslim: Keajaiban Tanpa Pertumpahan Darah
Pagi itu, Nabi Muhammad ﷺ membagi pasukannya ke dalam beberapa kelompok dan memasuki Makkah dari empat arah berbeda, strategi ini memastikan bahwa tidak ada perlawanan yang signifikan dari Quraisy. Hanya di satu tempat terjadi perlawanan kecil yang dipimpin oleh Ikrimah bin Abu Jahal dan Shafwan bin Umayyah, tetapi dengan cepat dipadamkan oleh Khalid bin Walid.
Lalu, tibalah momen paling menegangkan: Nabi Muhammad ﷺ memasuki Masjidil Haram dan berdiri di depan Ka'bah. Makkah telah jatuh, dan semua orang tahu bahwa hari pembalasan bisa saja tiba. Tapi yang terjadi sungguh mengejutkan.
Ampunan yang Menggetarkan Hati
Dalam tradisi Arab, saat sebuah kota jatuh ke tangan musuh, biasanya pembantaian adalah hal yang tak terhindarkan. Tapi hari itu, sejarah menulis lembaran yang berbeda. Dengan penuh wibawa, Nabi Muhammad ﷺ berkata kepada orang-orang Quraisy yang berkumpul ketakutan:
"Apa yang kalian kira akan aku lakukan terhadap kalian?"
Dengan suara gemetar, mereka menjawab, "Engkau adalah saudara yang mulia, anak dari saudara yang mulia."
Kemudian, dengan kata-kata yang mengguncang sejarah, Nabi Muhammad ﷺ berkata:
"Pergilah, kalian semua bebas."
Tidak ada pembantaian. Tidak ada balas dendam. Yang ada hanyalah pengampunan total yang menggetarkan hati siapa pun yang mendengarnya.
Penghancuran Berhala dan Pembersihan Ka'bah
Setelah itu, Nabi Muhammad ﷺ naik ke Ka'bah dan mulai menghancurkan 360 berhala yang ada di sekelilingnya. Dengan tongkatnya, beliau menunjuk satu per satu berhala sambil membaca ayat:
"Telah datang kebenaran, dan telah lenyap kebatilan. Sesungguhnya kebatilan itu pasti lenyap." (QS. Al-Isra: 81)
Dengan satu persatu berhala jatuh, Makkah kembali ke fitrahnya sebagai kota suci yang didedikasikan hanya untuk Allah.
Dampak Sejarah yang Tak Terlupakan
Fathu Makkah bukan sekadar kemenangan militer. Ini adalah momen di mana Islam menunjukkan bahwa kekuatan sejati bukanlah pedang, tetapi ampunan dan rahmat. Setelah peristiwa ini, hampir seluruh penduduk Makkah masuk Islam, termasuk mereka yang dahulu adalah musuh bebuyutan Nabi Muhammad ﷺ.
Kisah ini menjadi bukti bahwa dalam strategi, keberanian, dan kebijaksanaan, Nabi Muhammad ﷺ adalah seorang pemimpin yang tiada duanya. Dan Makkah, tanah kelahirannya, kembali ke pangkuan Islam tanpa pertumpahan darah yang berarti, menciptakan salah satu kemenangan paling gemilang dalam sejarah manusia.