Oksigen dan Ketinggian: Ayat Al-Qur’an yang Mengungkap Efek Hipoksia Sebelum Sains Modern
Keajaiban Al-Qur'an dalam Sains

Oksigen dan Ketinggian: Ayat Al-Qur’an yang Mengungkap Efek Hipoksia Sebelum Sains Modern

Ketika mendaki gunung tinggi, tubuh manusia kerap mengalami gejala seperti sesak napas, pusing, atau kelelahan ekstrem. Fenomena ini, yang dalam ilmu kedokteran disebut hipoksia (kekurangan oksigen dalam jaringan), ternyata telah diisyaratkan dalam Al-Qur’an ribuan tahun sebelum sains modern menjelaskannya. Bagaimana kitab suci umat Islam ini menggambarkan efek fisiologis ketinggian dengan begitu presisi?

Ayat Al-Qur’an yang Menyingkap Fenomena Ketinggian

Dalam Surat Al-An’am ayat 125, Allah SWT berfirman:

فَمَنْ يُّرِدِ اللّٰهُ اَنْ يَّهْدِيَهٗ يَشْرَحْ صَدْرَهٗ لِلْاِسْلَامِۚ وَمَنْ يُّرِدْ اَنْ يُّضِلَّهٗ يَجْعَلْ صَدْرَهٗ ضَيِّقًا حَرَجًا كَاَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِى السَّمَاۤءِۗ كَذٰلِكَ يَجْعَلُ اللّٰهُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ

“Maka barangsiapa yang Allah kehendaki agar dia mendapat petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (menerima) Islam. Dan barangsiapa yang Allah kehendaki agar dia sesat, niscaya Dia menjadikan dadanya sempit lagi sesak, seakan-akan dia sedang mendaki ke langit...”

Ayat ini menggunakan metafora “mendaki ke langit” untuk menggambarkan kondisi dada yang sesak dan sulit bernapas. Para mufassir klasik seperti Ibnu Katsir dalam Tafsir Al-Qur’an Al-‘Adzim menjelaskan bahwa “mendaki ke langit” adalah perumpamaan untuk sesuatu yang mustahil dan melelahkan, sebagaimana manusia tak mampu mencapai langit. Namun, di balik makna spiritualnya, frasa ini juga mengandung isyarat ilmiah tentang efek fisiologis ketinggian.

Hipoksia dalam Tinjauan Sains Modern

Secara ilmiah, semakin tinggi suatu tempat, semakin rendah tekanan udara dan kadar oksigen. Di ketinggian di atas 2.500 meter, kadar oksigen yang dihirup hanya sekitar 60-70% dibanding di permukaan laut. Kondisi ini memicu hipoksia, di mana tubuh kekurangan pasokan oksigen ke sel dan jaringan. Gejalanya meliputi:

  • Sesak napas (dispnea).
  • Sakit kepala dan pusing.
  • Kelelahan otot.
  • Gangguan kognitif (seperti kebingungan).
  • Menurut penelitian Journal of Physiology, hipoksia terjadi karena tubuh berusaha beradaptasi dengan lingkungan rendah oksigen, termasuk meningkatkan produksi sel darah merah. Namun, jika adaptasi gagal, kondisi ini bisa berakibat fatal, seperti edema paru atau otak.

    Korelasi Antara Ayat dan Fakta Sains

    Metafora “dada yang sempit seakan mendaki langit” dalam QS. Al-An’am: 125 secara menakjubkan selaras dengan penjelasan sains tentang hipoksia. Meskipun Al-Qur’an bukan kitab sains, ayat ini memberikan gambaran simbolis yang akurat tentang fenomena yang baru dipahami manusia pada abad ke-19, ketika ilmuwan seperti Paul Bert mempelajari efek fisiologis ketinggian.

    Pertanyaannya: Bagaimana Al-Qur’an yang turun di abad ke-7 Masehi bisa menggambarkan fenomena ini? Bagi umat Islam, ini adalah bukti kemukjizatan Al-Qur’an sebagai wahyu Ilahi yang melampaui batas pengetahuan manusia pada zamannya.

    Al-Qur’an dan Isyarat Ilmiah: Antara Makna Spiritual dan Realitas Sains

    Penting untuk dipahami bahwa Al-Qur’an tidak bertujuan menjelaskan hukum fisika atau biologi secara teknis. Ayat-ayatnya sering menggunakan bahasa simbolis untuk menyampaikan pesan moral atau spiritual. Namun, ketika sains modern mengungkap fakta yang selaras dengan isyarat Al-Qur’an, hal ini memperkuat keyakinan akan integritas kitab suci tersebut.

    Contohnya, frasa “mendaki ke langit” tidak hanya menggambarkan kesulitan fisik, tetapi juga mengajak manusia merenungkan keterbatasan diri dan kekuasaan Allah. Di saat yang sama, ia membuka pintu bagi ilmuwan Muslim untuk mengeksplorasi ayat-ayat kauniyah (tanda-tanda alam) sebagai bagian dari ibadah.

    Kesimpulan: Mukjizat yang Terus Terbuktikan

    Fenomena hipoksia di ketinggian adalah salah satu dari banyak contoh bagaimana Al-Qur’an menyimpan isyarat ilmiah yang relevan hingga era modern. Meskipun metafora “dada yang sesak” memiliki dimensi spiritual, kesesuaiannya dengan temuan sains menjadi pengingat akan kebenaran firman Allah. Sebagaimana tertulis dalam Surat Fussilat ayat 53:

    “Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri, sampai jelas bagi mereka bahwa Al-Qur’an itu benar.”

    Dengan demikian, setiap penemuan sains bukanlah ancaman, melainkan pelengkap yang memperkaya pemahaman manusia terhadap kebesaran Al-Qur’an.

    Referensi Terpercaya:

  • Tafsir Ibnu Katsir (QS. Al-An’am: 125).
  • Journal of Physiology: “Physiological Responses to Hypoxia”.
  • High Altitude Medicine & Biology: Studi tentang adaptasi tubuh di ketinggian.
  • Dengan menggali ayat-ayat Al-Qur’an dan sains secara objektif, kita menemukan harmoni antara iman dan ilmu pengetahuan—sebuah keajaiban yang abadi.