
"Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan (yang dahsyat), dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya, dan manusia bertanya: 'Mengapa bumi (jadi begini)?' Pada hari itu bumi menceritakan beritanya." (QS. Az-Zalzalah: 1-4)
Ayat ini menggambarkan peristiwa gempa yang luar biasa, yang dalam tafsir dikaitkan dengan peristiwa di akhir zaman. Namun, secara ilmiah, gempa bumi terjadi ketika energi yang tersimpan dalam kerak bumi dilepaskan secara tiba-tiba, menghasilkan getaran yang mengguncang permukaan bumi. Geologi modern membuktikan bahwa bumi memang memiliki "beban berat" dalam bentuk lempeng tektonik yang terus bergerak dan saling bertabrakan, menghasilkan gempa dan peristiwa tektonik lainnya.
Selain itu, dalam Surat An-Nahl ayat 15, Allah berfirman:
"Dan Dia menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak goncang bersama kamu..." (QS. An-Nahl: 15)
Ilmuwan geologi menemukan bahwa gunung-gunung berfungsi sebagai penyeimbang kerak bumi, mirip dengan konsep akar gunung (isostasi) yang menstabilkan pergerakan lempeng bumi.
Al-Qur’an juga memberikan gambaran yang dapat dikaitkan dengan fenomena tsunami, meskipun istilah tersebut tidak disebutkan secara eksplisit. Salah satu peristiwa besar yang bisa dikaitkan dengan tsunami adalah kisah Nabi Nuh AS dan banjir besar yang menenggelamkan kaum yang menentang kebenaran:
"Maka Kami bukakan pintu-pintu langit dengan (menurunkan) air yang tercurah. Dan Kami jadikan bumi memancarkan mata air-mata air, maka bertemulah air-air itu untuk suatu urusan yang telah ditetapkan." (QS. Al-Qamar: 11-12)
Dalam kejadian nyata, tsunami dapat terjadi akibat gempa bumi bawah laut yang menyebabkan pergeseran besar di dasar laut, mendorong gelombang raksasa yang menghancurkan wilayah pesisir.
Ilmuwan modern menemukan bahwa pergerakan lempeng tektonik yang menyebabkan gempa bumi dan tsunami telah terjadi sejak lama. Beberapa bencana dahsyat yang tercatat dalam sejarah, seperti tsunami Samudra Hindia tahun 2004, disebabkan oleh gempa besar di bawah laut yang memicu gelombang air yang menghantam berbagai negara.
Konsep gunung sebagai pasak (QS. An-Naba: 6-7) juga selaras dengan pemahaman geologi bahwa pegunungan memiliki akar yang menahan pergerakan lempeng. Sains modern hanya dapat memahami ini setelah penelitian panjang, sementara Al-Qur’an telah mengisyaratkannya lebih dari 1400 tahun lalu.
Al-Qur’an memberikan gambaran yang luar biasa tentang fenomena alam yang baru bisa dijelaskan oleh ilmu pengetahuan modern. Ayat-ayat tentang gempa bumi, gunung sebagai pasak, dan peristiwa banjir besar memberikan isyarat yang sejalan dengan prinsip-prinsip geologi. Ini menunjukkan bahwa Islam bukanlah agama yang bertentangan dengan sains, tetapi justru menjadi sumber inspirasi bagi ilmu pengetahuan.
Dengan memahami ayat-ayat ini, kita semakin yakin bahwa Al-Qur’an bukan sekadar kitab suci, tetapi juga pedoman yang relevan sepanjang zaman.
Temukan artikel menarik lainnya yang mungkin Anda sukai berdasarkan topik dan kategori yang serupa.