
Sikap ini bukan hanya sekadar kebiasaan budaya, tetapi merupakan bagian dari sunnah yang dianjurkan untuk diikuti oleh setiap Muslim. Lantas, bagaimana Rasulullah ﷺ menyambut tamu dalam kehidupan sehari-hari? Apa saja ajaran beliau tentang etika menerima tamu?
Salah satu cara Nabi ﷺ menyambut tamu adalah dengan ekspresi wajah yang hangat dan penuh kebahagiaan. Beliau selalu menunjukkan keramahan dan menghindari sikap yang bisa membuat tamunya merasa tidak dihargai.
Diriwayatkan bahwa ketika delegasi dari kabilah 'Abdul Qais datang menemui Rasulullah ﷺ, beliau menyambut mereka dengan penuh kehangatan:
"Selamat datang para utusan yang datang tanpa penghinaan dan penyesalan."
Dari hadits ini, kita dapat belajar bahwa memberikan ucapan yang baik kepada tamu adalah bagian dari sunnah. Sikap seperti ini menciptakan kenyamanan dan mempererat hubungan antara tuan rumah dan tamunya.
Islam tidak mewajibkan seseorang untuk menyediakan makanan atau minuman mewah kepada tamunya, tetapi menganjurkan untuk menjamu dengan sesuatu yang ada dan sesuai kemampuan. Rasulullah ﷺ bersabda:
"Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya. Jamuan yang wajib adalah satu hari satu malam. Hak tamu adalah tiga hari, sedangkan selebihnya adalah sedekah."
Dari hadits ini, kita bisa memahami beberapa prinsip dalam menjamu tamu:
Salah satu kisah paling menginspirasi tentang bagaimana Nabi Muhammad ﷺ dan para sahabatnya menyambut tamu terjadi saat seorang laki-laki datang kepada beliau dalam keadaan lapar. Nabi ﷺ mengutus seseorang ke rumah istri-istrinya untuk mencari makanan, tetapi tidak ada yang bisa ditemukan.
Lalu, beliau bertanya kepada para sahabat:
"Siapa yang bersedia menjamu tamu ini? Semoga Allah merahmatinya."
Seorang sahabat Anshar menyanggupi. Sesampainya di rumah, sahabat itu mendapati bahwa makanan yang ada hanya cukup untuk anak-anaknya. Namun, istrinya berkata:
"Tidurkanlah anak-anak kita, lalu matikan lampu. Kita akan berpura-pura ikut makan bersama tamu ini, padahal kita sendiri berpuasa."
Keesokan harinya, Rasulullah ﷺ tersenyum kepada sahabat itu dan bersabda:
"Allah kagum dengan perbuatan kalian tadi malam."
Kemudian, Allah menurunkan firman-Nya:
"Dan mereka mengutamakan (Muhajirin) atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan..."
Dari kisah ini, kita dapat mengambil pelajaran bahwa menjamu tamu dengan penuh keikhlasan, bahkan dalam kondisi sulit, adalah perbuatan yang sangat dicintai oleh Allah.
Selain memberikan pedoman bagi tuan rumah, Rasulullah ﷺ juga mengajarkan adab bagi tamu agar tidak berlebihan dalam permintaan dan memahami keadaan tuan rumah.
Dalam hadits yang sama (HR. Bukhari dan Muslim), Rasulullah ﷺ menegaskan bahwa seorang tamu tidak boleh tinggal di rumah seseorang hingga membuat tuan rumah merasa kesulitan.
Artinya, seorang tamu dianjurkan untuk memahami situasi dan tidak tinggal terlalu lama jika kehadirannya bisa menjadi beban bagi tuan rumah.
Rasulullah ﷺ tidak hanya menyambut tamu dari kalangan Muslim, tetapi juga menerima tamu non-Muslim dengan penuh adab dan kebijaksanaan.
Diriwayatkan bahwa delegasi Kristen dari Najran pernah berkunjung ke Madinah dan Rasulullah ﷺ membiarkan mereka tinggal di Masjid Nabawi. Bahkan, ketika waktu ibadah mereka tiba, beliau mengizinkan mereka untuk beribadah di dalam masjid.
Sikap ini menunjukkan bahwa Islam mengajarkan toleransi dan keramahan terhadap semua orang, tanpa memandang latar belakang agama atau suku.
Dari berbagai hadits dan kisah di atas, ada beberapa pelajaran penting yang bisa kita ambil:
Keramahan Nabi Muhammad ﷺ dalam menerima tamu adalah salah satu teladan terbaik dalam kehidupan sehari-hari. Dengan mengikuti sunnah ini, kita bisa menciptakan hubungan sosial yang lebih harmonis dan membawa berkah dalam kehidupan kita.
Menyambut tamu dengan baik adalah bagian dari ajaran Islam yang sangat ditekankan oleh Rasulullah ﷺ. Beliau selalu menyambut tamu dengan senyuman, memberikan jamuan sesuai kemampuan, serta mengajarkan keseimbangan antara hak tuan rumah dan tamu.
Kisah-kisah di atas bukan sekadar cerita sejarah, tetapi juga pedoman nyata bagi kita dalam kehidupan sehari-hari. Dengan menerapkan sunnah ini, kita tidak hanya meneladani akhlak Rasulullah ﷺ, tetapi juga membangun budaya keramahan dan kebersamaan dalam masyarakat.
Semoga kita semua bisa mengamalkan ajaran ini dalam kehidupan kita. Aamiin.
Temukan artikel menarik lainnya yang mungkin Anda sukai berdasarkan topik dan kategori yang serupa.