Ashabul Ukhdud: Kisah Para Syuhada Parit Berapi, Bukti Keimanan yang Lebih Mahal dari Nyawa
Kisah Dari Al-Quran 7 min read

Ashabul Ukhdud: Kisah Para Syuhada Parit Berapi, Bukti Keimanan yang Lebih Mahal dari Nyawa

Kisah-kisah dalam Al-Qur'an bukanlah sekadar cerita masa lalu, melainkan pelajaran abadi bagi umat manusia, khususnya bagi mereka yang beriman. Salah satu narasi yang paling mengharukan dan penuh hikmah tentang keteguhan iman adalah kisah Ashabul Ukhdud, yang secara ringkas disebutkan dalam Surah Al-Buruj (85) ayat 4-10. Kisah ini mengungkap pengorbanan luar biasa sekelompok orang beriman yang memilih mati syahid demi mempertahankan keyakinan mereka kepada Allah SWT, di hadapan penguasa yang zalim dan kejam.

Sekilas Tentang Ashabul Ukhdud dalam Al-Qur'an

Surah Al-Buruj ayat 4-10 secara langsung mengutuk para pelaku kezaliman terhadap orang-orang beriman:

قُتِلَ أَصْحَـٰبُ ٱلْأُخْدُودِ ٤

Binasalah orang-orang yang membuat parit (yaitu para pembesar Najran di Yaman),

ٱلنَّارِ ذَاتِ ٱلْوَقُودِ ٥

yang berapi (yang mempunyai) kayu bakar,

إِذْ هُمْ عَلَيْهَا قُعُودٌۭ ٦

ketika mereka duduk di sekitarnya,

وَهُمْ عَلَىٰ مَا يَفْعَلُونَ بِٱلْمُؤْمِنِينَ شُهُودٌۭ ٧

sedang mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap orang-orang mukmin.

وَمَا نَقَمُوا۟ مِنْهُمْ إِلَّآ أَن يُؤْمِنُوا۟ بِٱللَّهِ ٱلْعَزِيزِ ٱلْحَمِيدِ ٨

Dan mereka menyiksa orang-orang mukmin itu hanya karena (orang-orang mukmin itu) beriman kepada Allah Yang Mahaperkasa, Maha Terpuji,

ٱلَّذِى لَهُۥ مُلْكُ ٱلسَّمَـٰوَٰتِ وَٱلْأَرْضِ ۚ وَٱللَّهُ عَلَىٰ كُلِّ شَىْءٍۢ شَهِيدٌ ٩

yang memiliki kerajaan langit dan bumi. Dan Allah Maha Menyaksikan segala sesuatu.

إِنَّ ٱلَّذِينَ فَتَنُوا۟ ٱلْمُؤْمِنِينَ وَٱلْمُؤْمِنَـٰتِ ثُمَّ لَمْ يَتُوبُوا۟ فَلَهُمْ عَذَابُ جَهَنَّمَ وَلَهُمْ عَذَابُ ٱلْحَرِيقِ ١٠

Sungguh, orang-orang yang mendatangkan cobaan (bencana, membunuh, menyiksa) kepada orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan lalu mereka tidak bertobat, maka mereka akan mendapat azab Jahanam dan mereka akan mendapat azab (neraka) yang membakar.

Ayat-ayat ini melukiskan sebuah pemandangan mengerikan: parit-parit besar digali, diisi dengan kayu bakar, lalu dinyalakan api yang dahsyat. Di sekeliling parit itu duduk para penindas, menyaksikan dengan puas saat orang-orang beriman dilemparkan ke dalamnya. Alasan satu-satunya di balik kekejaman ini? Karena mereka beriman kepada Allah, Tuhan Yang Maha Perkasa dan Maha Terpuji.

Meskipun Al-Qur'an tidak merinci siapa Ashabul Ukhdud ini secara spesifik dalam ayat-ayat tersebut, dan kapan peristiwa itu terjadi dalam sejarah, narasi ini memberikan gambaran esensial tentang konflik abadi antara keimanan dan kekufuran, kebenaran dan kezaliman.

Kisah Lebih Lengkap dalam Hadits Nabi ﷺ

Untuk memahami latar belakang dan detail peristiwa Ashabul Ukhdud, kita beralih kepada hadits Nabi Muhammad ﷺ. Salah satu riwayat yang paling terkenal mengenai kisah ini adalah yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab Shahihnya, dari Shuhaib Ar-Rumi, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda menceritakan kisah seorang anak muda, seorang tukang sihir, dan seorang rahib:

Hadits panjang ini menceritakan tentang seorang raja di masa lalu yang memiliki seorang tukang sihir yang sudah tua. Sang raja meminta dicarikan seorang anak muda untuk mewarisi ilmunya. Anak muda ini pun mulai mendatangi tukang sihir. Namun, di tengah perjalanan menuju tukang sihir, ia bertemu dengan seorang rahib (pendeta) dan terkesan dengan ajaran dan ibadahnya. Anak muda itu mulai belajar dari rahib tersebut tentang agama yang benar, yaitu mengesakan Allah.

Lambat laun, anak muda ini diberi karunia oleh Allah berupa kemampuan menyembuhkan penyakit dan melakukan keajaiban dengan izin Allah. Reputasinya menyebar hingga terdengar oleh raja. Raja memanggil anak muda itu dan memintanya untuk menyembuhkan mata salah seorang pembesar istana. Anak muda itu berkata, "Aku tidak bisa menyembuhkan siapapun. Yang menyembuhkan hanyalah Allah." Pembesar itu pun akhirnya beriman.

Sang raja murka mengetahui hal ini. Ia memaksa anak muda itu untuk meninggalkan imannya, namun ia menolak. Raja pun menyiksa anak muda itu dan pembesar istana yang baru beriman, hingga pembesar itu menunjukkan rahib yang mengajarkan anak muda itu. Sang rahib pun disiksa hingga akhirnya syahid.

Raja kemudian berusaha membunuh anak muda itu dengan berbagai cara, namun selalu gagal berkat pertolongan Allah. Anak muda itu akhirnya memberi tahu raja cara untuk membunuhnya: "Engkau tidak akan bisa membunuhku kecuali jika engkau mengumpulkan semua rakyat di satu lapangan, lalu engkau ambil sebuah anak panah dari tempat panahku ini, kemudian engkau letakkan anak panah itu di tengah-tengah busur, lalu engkau ucapkan: 'Dengan nama Allah, Tuhan anak muda ini,' kemudian engkau panah aku."

Raja pun melakukan apa yang dikatakan anak muda itu di hadapan seluruh rakyat. Dia mengambil anak panah, meletakkannya di busur, dan mengucapkan, "Dengan nama Allah, Tuhan anak muda ini," lalu memanahkannya. Anak panah itu tepat mengenai pelipis anak muda itu, dan ia pun syahid.

Melihat kejadian itu, seluruh rakyat yang hadir berseru serempak: "Kami beriman kepada Tuhan anak muda ini!"

Raja sangat terkejut dan marah besar melihat seluruh rakyatnya kini beriman. Ia memerintahkan agar digali parit-parit besar, diisi dengan kayu bakar, dan dinyalakan api. Rakyat diberi pilihan: meninggalkan iman atau dilemparkan ke dalam parit berapi. Namun, dengan keimanan yang teguh, mereka memilih untuk dilemparkan ke dalam api daripada murtad.

Hadits ini mencapai puncaknya dengan gambaran menyentuh seorang wanita yang membawa bayinya. Ia sempat ragu untuk melangkah ke dalam api, namun bayi dalam gendongannya diberi kemampuan berbicara oleh Allah. Sang bayi berkata, "Wahai ibuku, sabarlah, sesungguhnya engkau berada di atas kebenaran." Wanita itu pun akhirnya melangkah masuk bersama bayinya, syahid di jalan Allah.

(Hadits ini diriwayatkan oleh Imam Muslim, dalam Kitab Az-Zuhd wa Ar-Raqaiq, Bab Qishshatu Ashhabil Ukhdud, no. 3005)

Pelajaran dari Kisah Ashabul Ukhdud

Kisah Ashabul Ukhdud, baik dari Al-Qur'an maupun hadits, menyimpan pelajaran yang amat dalam bagi umat Islam di setiap zaman:

  • Keimanan yang Hakiki: Kisah ini menunjukkan definisi keimanan yang sebenarnya, yaitu keyakinan yang menghujam kuat di hati, dibuktikan dengan kesediaan untuk mengorbankan segala sesuatu, bahkan nyawa sekalipun, demi mempertahankan tauhid (mengesakan Allah).
  • Ujian dan Pengorbanan: Ujian keimanan bisa datang dalam bentuk yang paling berat. Ashabul Ukhdud menghadapi ujian terbesar – diancam dengan kematian yang mengerikan – namun mereka lulus dengan gemilang. Ini mengingatkan kita bahwa perjuangan mempertahankan iman seringkali membutuhkan pengorbanan.
  • Nilai Tauhid: Mereka tidak disiksa karena kejahatan atau kesalahan lain, melainkan semata-mata karena keimanan mereka kepada Allah. Ini menegaskan bahwa tauhid adalah inti ajaran Islam dan sesuatu yang sangat berharga di sisi Allah, bahkan para musuh Allah pun mengetahui nilai ini sehingga berupaya memadamkannya.
  • Keberanian dalam Kebenaran: Anak muda dalam hadits tersebut, meskipun masih belia, menunjukkan keberanian luar biasa dalam menyampaikan kebenaran dan menantang kezaliman raja, dengan bersandar sepenuhnya kepada Allah.
  • Balasan Allah bagi Orang Beriman dan Azab bagi Orang Zalim: Ayat-ayat Al-Buruj secara eksplisit menyatakan bahwa Allah akan membalas orang-orang yang menganiaya orang beriman dengan azab yang pedih (azab Jahanam dan azab yang membakar), sementara bagi orang-orang beriman yang syahid, mereka mendapatkan kedudukan mulia di sisi-Nya.
  • Pertolongan Allah: Kisah anak muda yang tak mampu dibunuh kecuali dengan menyebut nama Allah menunjukkan bahwa kekuasaan sejati hanya milik Allah. Pertolongan Allah datang bagi hamba-Nya yang tulus, terkadang melalui cara-cara yang tidak terduga.
  • Relevansi Hari Ini

    Di tengah berbagai tantangan yang dihadapi umat Islam di era modern, kisah Ashabul Ukhdud tetap relevan. Ia menjadi pengingat bahwa tekanan untuk berkompromi dengan keyakinan, godaan untuk meninggalkan prinsip demi kenyamanan dunia, atau ancaman dari pihak-pihak yang membenci Islam adalah realitas yang mungkin saja dihadapi.

    Kisah ini menginspirasi kita untuk memegang teguh akidah, bersabar dalam menghadapi cobaan, dan tidak pernah takut untuk berdiri di atas kebenaran, meskipun sendirian. Para syuhada Ashabul Ukhdud telah menunjukkan kepada kita bahwa keimanan yang benar-benar hidup di dalam hati adalah harta yang jauh lebih berharga daripada kehidupan dunia itu sendiri. Api dunia mungkin membakar raga mereka, tetapi api keimanan di hati mereka tak pernah padam, dan cahaya pengorbanan mereka akan terus menyinari jalan bagi umat Islam hingga akhir zaman.

    Bagikan:

    Artikel Terkait

    Temukan artikel menarik lainnya yang mungkin Anda sukai berdasarkan topik dan kategori yang serupa.